parallax background

About us

Center for Civic Engagement and Studies


Lembaga yang didirikan ini bernama “CENTER FOR CIVIC ENGAGEMENT AND STUDIES”, atau jika dialihbahasakan dapat menjadi PUSAT KAJIAN DAN PENGUATAN KEWARGAAN, berkedudukan di Yogyakarta.


Lembaga ini didirikan oleh berbagai pihak yang memiliki latar belakang berbeda dalam berkegiatan di ranah masyarakat sipil, namun memiliki cara pandang dan misi yang sama didalam mencoba memperkuat masyarakat sipil dan media sebagai faktor utama dalam mengawal transisi demokrasi di Indonesia kearah yang lebih baik.


Our Team

Dewan Pembina

Lukas S. Ispandriarno


Faiza Mardzoeki


Siti Faizah Hidayati (Nama pena Faiza Mardzoeki) adalah penulis naskah, produser dan sutradara teater yang tinggal di Yogyakarta, Indonesia. Sebagai seorang aktivis feminis dan budaya, ia secara aktif mempromosikan isu kesetaraan gender, pembebasan wanita, hak asasi manusia dan masalah sosial lainnya melalui intervensi kreatif, budaya dan artistik. Dia juga telah menulis artikel yang diterbitkan surat kabar harian Jakarta Post dan media lainnya.

Sejak tahun 2003, ia telah menghasilkan 14 drama serta dua konser dan menjadi direktur eksekutif penggagas dua festival seni besar. Tiga dramanya telah diterbitkan sebagai buku: Nora, Subversif oleh Djaman Baroe pada 2016 dan Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer oleh Ultimus, Bandung pada 2015. Dengan memproduksi karya teater ia telah menulis atau mengadaptasi 10 lakon, termasuk The Silent Song of Genjer Flowers, yang telah dilakukan di Jakarta, Indonesia dan diputar di tempat-tempat di Amerika Serikat, Belanda, Australia dan Malaysia dan Singapura.

Pada Juli 2019, ia menerima hibah dari New York Foundation of The Arts untuk mendukung pekerjaannya menulis novel pertamanya, yang didasarkan pada permainannya Silent Song of the Genjer Flowers. Selanjutnya, pada tahun 2018, Faiza menerima hibah dari Norla (Norwegian Literary Abroad) untuk menerjemahkan sebuah drama berjudul Time Without Books oleh penulis drama feminis Norwegia Lene Therese Tiegen ke dalam bahasa Indonesia. Pada tahun yang sama (2018) Faiza telah mengadaptasi novel klasik Max Havelaar oleh penulis Belanda Douwes Dekker, menjadi sebuah drama panggung berjudul Mulatuli Meets Saidjah dan Adinda. Dia beradaptasi dengan konteks Indonesia dua karya klasik oleh Henrik Ibsen, Rumah Boneka (sebagai Rumah Boneka, diterbitkan sebagai Nora) dan Musuh Rakyat (sebagai Subversif!).

Dewan Pengawas

Arie Sudjito


Doktor Sosiologi Universitas Gadjah Mada ini telah memiliki pengalaman profesional lebih dari 18 tahun di dalam bidang penelitian, penulisan buku maupun aktivitas di bidang advokasi. Lebih dari 20 judul buku telah ditulis olehnya, baik secara individu maupun sebagai bagian dari tim. Sebagai peneliti, Arie telah mulai melakukan penelitian semenjak mahasiswa dan sebagian besar penelitian yang dilakukan terkait dengan advokasi desa, perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik, serta hak-hak dasar warga. Di luar penelitian dan penulisan buku, Arie banyak berkecimpung di dalam gerakan masyarakat sipil di Indonesia. Selain pernah menduduki jabatan sebagai Direktur Eksekutif IRE (Institute for Research and Empowerment), Arie aktif di IRE hingga saat ini sebagai peneliti senior.

Staf pengajar fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada ini juga aktif berkecimpung dalam gerakan masyarakat sipil dengan menjadi ketua umum Dewan Pergerakan Nasional Pergerakan Indonesia serta menjadi Wakil Ketua Dewan Nasional Sekretariat Nasional (Seknas) Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA).

Dewan Pengurus

Alisa Wahid

Ketua


Alissa Wahid adalah psikolog keluarga terlatih dengan pengalaman pemberdayaan masyarakat dan gerakan sosial. Ia mendedikasikan waktunya sebagai relawan dan profesional di sejumlah organisasi masyarakat sipil sejak tahun 1990. Alissa Wahid saat ini menjadi koordinator jaringan GUSDURian Indonesia. Jaringan ini beranggotakan lebih dari 100 komunitas lokal dan ribuan individu di Indonesia dan berbagai kota di dunia.

Sebagai pimpinan dari sebuah jaringan yang luas, Alissa terlibat dan mensupervisi berbagai macam program perubahan sosial, dengan fokus dialog antar agama dan multikulturalisme, demokrasi, masyarakat sipil dan program khusus tentang Islam Indonesia. Minat terbesar perempuan ini adalah mendukung generasi masa depan untuk menjadi pemimpin masyarakat.

Eko Teguh Paripurno

Sekretaris


Doktor untuk bidang pengetahuan alam ini memiliki pengalaman profesional lebih dari 30 tahun sampai saat ini masih tercatat sebagai dosen Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Selain sebagai pengajar semenjak tahun 2001 menjadi ketua Pusat Studi Manajemen Bencana di Universitas yang sama sampai saat ini. Penerima Sasakawa Award untuk penanggulangan bencana tahun 2009 ini juga sebagai fellow dari the Ashoka Global semenjak tahun 2008.

Pengalaman di bidang kebencanaalaman telah dimulai jauh sebelum Undang-Undang Penanggulangan Bencana disahkan tahun 2007. Selain itu Eko Teguh aktif pula sebagai konsultan untuk kegiatan penanggulangan bencana yang dilaksanakan oleh UNDP, UN OCHA, BNPB, maupun lembaga Internasional lainnya. Di luar karir profesional, sebagai ahli, Eko Teguh sering terlibat dalam kegiatan advokasi kerusakan lingkungan. Di luar itu, juga aktif dalam MPBI (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia), PIKUL dan juga KAPPALA selain sebagai Steering Committee International Council for Science untuk wilayah Asia Pacific sejak tahun 2012 hingga saat ini.

Kokok Herdhianto Dirgantoro

Bendahara


Kokok Herdhianto Dirgantoro yang lahir di hari Kebangsaan Indonesia, tepat 17 Agustus 1976, memiliki banyak pengalaman profesional dalam strategi media. Pria lulusan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang ini, menyelesaikan gelar sarjana ekominya tahun 2001 dan pernah menjadi jurnalis Jawa Pos sejak tahun 2000-2002.

Kokok Herdhianto Dirgantoro memiliki banyak pengalaman yang mumpuni, pernah menjadi Media Relations Consultant di PT Stracomm Indonesia dan PT Bank Permata Tbk, Jakarta, dan juga menjadi anggota organisasi profesi para praktisi Humas dan Komunikasi Indonesia, PERHUMAS. Sejak tahun 2005 – 2013 menjadi CEO di PT Strategiccomm Indonesia (TriliantComm), Jakarta. Dia sosok yang kenal menjadi CEO kontroversial yang menerapkan nilai humanismenya dalam sistem kerja saat menjadi Founder and CEO PT Jembatan Komunika Indonesia (OpalCommunications).

Pelaksana Harian

Imam Prakoso

Executive Director


Pria dengan pengalaman profesional lebih dari 25 tahun ini mengawali karier sebagai peneliti, wartawan serta konsultan sebelum mulai masuk di dunia gerakan masyarakat sipil di Indonesia. Isu perkotaan, media engagement, perbaikan tata kelola pemerintahan serta penanggulangan bencana digeluti selama karir profesionalnya. Sejak tahun 2008, Imam juga menjabat sebagai Board of Directors dari AMARC Asia Pacific, sebuah organisasi radio komunitas dunia sub-region Asia Pasifik yang berkantor di Kathmandu, Nepal.

Imam sempat menjadi Co-team leader dalam sebuah proyek pembangunan perkotaan di Yogyakarta yang didukung oleh SDC (Swiss Development Corporation), kemudian menjadi Direktur Eksekutif Combine Resource Institution (CRI) sebuah LSM yang bergerak dibidang media alternatif dan teknologi informasi untuk gerakan perubahan sosial. Setelah lebih dari delapan tahun di sana, Imam sempat bergabung dalam tim Governance pada sebuah program perbaikan tata kelola pelayanan publik yang didanai oleh USAID di Jakarta. Belakangan Imam lebih banyak aktif sebagai konsultan lepas untuk beberapa program, dan setelah ikut mendirikan CCES bersama Arie Sujito, Ranggoaini Jahja, Okky Madasari dan Yulia Evina Bhara kini menjabat sebagai Direktur Eksekutif CCES.

Ranggoaini Jahja

Program Manager


Ranggoaini Jahja telah bekerja dan menekuni isu-isu Hak Asasi Manusia, khususnya perempuan dan anak, sebelum mendirikan CCES bersama para koleganya. Kehidupan sosial kelompok-kelompok yang termarjinalkan, seperti anak jalanan perempuan, buruh migran dan kaum LGBT, menjadi bidang kajian yang diminatinya sejak tahun 1996.

Lulusan S2 jurusan Antropologi UGM ini kemudian melihat pentingnya mendorong pemanfaatan media dan instrumen informasi yang efektif untuk mendorong pengelolaan pengetahuan komunitas. Kompetensi di bidang itu dipelajarinya sejak tahun 2015, setelah bergabung dengan Combine Resource Institution, sebuah LSM di Yogyakarta. Sejak saat itu pula penguatan kapasitas organisasi di tingkat lokal untuk terlibat dalam tata kelola pemerintahan menjadi aktivitas yang digelutinya hingga sekarang.

Ferry Edwin Sirait

Knowledge Management Expert and Researcher


Seorang yang senang mengambil peran menjadi narrative technologies dan impact strategic enthusiast. Salah satunya menginisiasi produksi pengetahuan melalui pendekatan jurnalisme agraria dan ekologi sosial di Indonesia yang diisiasi bersama warga sejak 7 tahun lalu. Sejak mahasiswa menggeluti aktifitas jurnalistik di Persma PiJAR, dan lulus dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah mada dengan menuliskan penelitian sarjana berjudul ‘Dilema Eksistensial Negara’. Pengalaman dalam pengelolaan pengetahuan dan produksi memanfaatkan audiovisual serta penggunaan beberapa bahasa pemograman komputer yang mengolah basis data, sistem proses, riset, seni dan cerita mendorongnya untuk menggeluti ruang TransMedia-StoryTelling. Senang berelasi mutual bersama komunitas akar rumput yang memperjuangkan perubahan sosial di beberapa daerah, membuatnya bereksperimen terus-menerus pada pemanfaatan media dan teknologi yang memungkinkan perluasan partisipasi dan interaksi otonom. Ia kemudian melanjutkan eksperimentasi TransDiciplinary ini bersama dengan CCES.

Dyah Widuri

Researcher


Nurani Dewi

Manager Keuangan


Enggar Esti

Sekretariat